Obrolan Nurani

Monday, May 26, 2014



Rumput tak bergoyang, daun tak berguguran, langit tak bercucuran air mata, lantas surau bukanlah tempat untuk bergurau. Motor matic keramat seakan menjadi pengamat teruntuk dua pasang bola mata yang kini selamat. Bahkan ucapan selamat tak pernah menjanjikan luapan hati yang teramat lekat.


Apalah arti lekat bila dekat saja tak bermakna. Makna apalagi ketika hati ternyata tak hati-hati. Hati seolah tak mau kalah dengan motor matic keramat dengan segala misterinya. Menguak misteri hati yang tak pernah berujung lantaran dunia tak pernah sekalipun memiliki sebuah ujung.

Mungkinkah orang selalu memiliki ujung kebenaran. Padahal benar itu tak ingin dimiliki oleh seseorang. Pun kebenaran itu sebenarnya tak sanggup berujung. Segalanya berubah begitu cepat secepat detik yang berdenting.

Ada antusias dalam langkah, ada sinis dalam tatapan, ada tenang dalam hati, ada wajar dalam tindakan, ada iri dalam kata, ada bisu dalam telinga hingga ada bau dalam buta. Ada apa dalam jiwa?

Sebut jiwa dalam tawa. Langkah tersentak, terseret hingga terhuyung dalam lumbung poros tak berujung. Tarik ulur senyum dalam luka. Rangkai dan hiasi tawa dalam rupa. Sapa tulus tapi tak halus. Tampar kasar tapi berakar. Semburat pilu merona, secercah bias bahagia dan seujung tombak tertancap.

Dua pasang bola mata terselamatkan. Entah dikatakan atau dinyatakan. Antara benar atau kebenaran. Dalam makna ataukah didalam kata. Menyayat seonggok senyum dan menikam sebongkah hati, lalu kita menembus, menelusuri satu jiwa.

Kita duduk di teras surau, motor matic keramat mungkin sedang bergurau. Pohon dan rumput menabuh lonceng kedatangan angin, kita terbuai dalam sepoi-sepoi. Masih menjadi penonton dunia yang seakan bungkam akan realita. Tidak, hanya menunggu sang pencerita. Mari berlabuh tapi sesekali jangan menjauh. Takkan ada sesal sebelum ajal.

#Obrolan Kita

#Mushola Kampus Ilbud, Senin 26 Mei 2014

Chiliezst

No comments:

Powered by Blogger.