Berpangku Tangan
Susahnya bilang tidak, tak bisa melawan aku hanya
sanggup berpangku tangan. Aku yang egois, sadis, tapi juga melankolis. Individu
sejati yang tak mengerti akan bagaimana bersosialisasi. Bahkan untuk
berinteraksi saja, aku masih sungkan. Bukan karena tak butuh atau hanya sekadar
keinginan, melainkan sudah mendarah daging dalam kebiasaan saling memahami
dalam diam.
Tak
ada yang salah pun benar. Yang ada hanyalah pantas dan lebih pantas atau tidak
pantas. Berbagai norma yang mengikat terkadang mencekik tiba-tiba. Tapi kawan
bukanlah lawan, dan tetangga adalah saling menjaga. Saudara akan selalu ada
hingga keluarga senantiasa diharapkan membuat lega. Namun apa daya jika tega
terkadang terlintas di jalan yang pintas ini.
Bukan
tentang sebuah belas kasih, bukan tentang perasaan sayang, bukan juga tentang
keluarga yang selalu ada. Tapi tentang sebuah ketegasan dan kedisiplinan.
Dibela bukan berarti disayang, ditegur bukan berarti dibenci, dan disalahkan
bukan berarti dienyahkan. Halus tak selalu berarti mulus, lantas ragu
sebenarnya sungguh belagu. Bukankah ada tuntunan dalam setiap jengkal langkah
yang terlantun? Kemanakah ia?
Mungkin
sedang bermain “Obaba’o” bersama lima belas bocah di halaman depan rumah. Ah,
iya betul sekali. Sore yang cerah, ada tulus dalam suara riuh. Lalu kutatap
cermin, aku yang individualis dan sungguh egois. Sebuah handphone
tergenggam sepanjang waktu ditanganku. Dunia maya ada dalam genggamanku
sementara realitaku terlunta-lunta entah ke mana. Diamku tak sanggup dimengerti
padahal riuhnya mereka cukup menentramkan hati.
Bukan
aku tak ingin berkata, hanya kepada siapa kata ini harus kuantarkan? Kata-kata
harus didengar karena jika tidak, maka kata akan lelah berkata. Bukan aku tak ingin
berinteraksi, namun interaksi enggan bersamaku. Bukan enggan, hanya sibuk.
Memang diam yang selama ini kumiliki semenjak aku kecil, dan ia sungguh
dicintai oleh kedua orangtuaku. Mereka lebih suka aku bermain dengannya
ketimbang aku bersama interaksi. Kuterima aku seperti ini. Aku dengan segala
jenis diamku.
#Home 27.05.2014
No comments: