Dingin Pagi yang Menyejukkan

Wednesday, January 15, 2014
Bila tulisan itu terangkai dalam aksara, maka hidupku akan terangkum dalam rangkuman kesalahan yang mungkin tak berujung. Tapi kuharap kesalahan itulah yang akan membawa diri ini, untuk terus belajar, merenungkan diri yang hanya menuntut untuk dipahami ini. Kenapa pagi terasa begitu dingin tapi menyejukkan?

Setiap kata yang terucap, setiap kaki yang melangkah dan setiap detik waktu yang terus berjalan tanpa lelah, semuanya terangkum indah jika beberapa menit saja  kita luangkan waktu untuk merenungnya. Saat ambisi begitu menghidupkan jiwa ini, terkadang saat-saat itulah yang sanggup mematikan perasaan. Banyak hal di dunia ini yang tak bisa dijangkau dengan pemikiran manusia, tapi bisa dijembatani lewat hati ini, lewat sebuah keyakinan. Mungkin seperti itulah hakikat kehidupan ini. 

Bersandar pada waktu yang tak pernah setia, selalu meninggalkan kita. Apa daya jika tangan tak sanggup meraih, tapi tetap kuteguhkan apa yang ada didalam hati ini. Segala pernak-pernik duniawi ini terkadang serasa logam yang menjerat besi, tapi pagi yang dingin nan menyejukkan, mampu menyegarkan segala penat porak poranda yang meluluh lantahkan susunan jiwa  ini.


Terlalu menyedihkan, memilukan, dan tak luput dari mengharu-biru kan perasaan ini. Kenalkah aku pada diriku sendiri? Kiranya pertanyaan itu selalu tersembunyi di balik dinginnya pagi yang menyejukkan ini.

Bahkan diri sendiri pun tak sanggup mengenalinya. Karena terlalu banyak kehidupan ini yang ternyata hanya tertuliskan hidup, tapi tak bernyawa. Kenapa pula, mudah sekali diri ini berkata dan meminta maaf. Karena memegang sebuah perkataan yang hidup hanyalah teruntuk jiwa-jiwa yang hidup. 

Meski merangkak, bahkan masih sedang belajar merangkak. Aku harus terus mencoba. Tak bisa kiranya orang lain mendengarkan apa yang kukatakan, tentu tak bisa. Karena tak ada yang bisa kukatakan. Cukuplah aku saja kiranya yang senantiasa mendengarkan, kemudian terus belajar sesuatu. 

Belajar merangkak, merangkak, berjalan kemudian berlari. Lari di tempat, lari estafet, begitulah kiranya hidup ini bergulir. Siapalah aku ini, hanyalah manusia yang punya banyak dosa.

2 comments:

Powered by Blogger.