Train #part 2

Saturday, November 09, 2013


“kakak, berapa lama lagi kita akan sampai? Aku lapar kak?” rengek gadis manis kecil.
Duduk bersandar didalam tubuhku, kulihat gadis cilik itu tengah lelah, lunglai, yaah sepertinya kelaparan, seorang pemuda disampingnya rupanya saudara laki-lakinya, dia terlihat gagah mungkin baru sekitar 20an.
“oh, lapar, yaah gak bilang dek, mau makan roti yang tadi ibu siapin dari rumah?” jawab si kakak.
“emm, gak kepengennnn…….”
“terus maunya apa?”
“aku mau nasi goring kak!” sambil merengut dan menyandarkan kepalanya ke arah jendela kereta.
“hei, gadis cilik, ini aku, aku yang akan menemanimu sepanjang perjalanan ini, iyaah ini aku si kereta”
“hai, aku lapar train” wajahnya menatap nanar ke arah luar jendela.
“yaudah, jangan cemberut dong, tar beli kalo ada petugas penjual makanan yang lewat yaah” jawab kakak sambil mengelus rambutku.
“ehm…..” aku manggut-manggut ke kakakku tanda menyetujuinya.
“oh, gadis cilik, aku tak tega melihatmu lemas seperti itu, makanlah dahulu roti yang tadi kakakmu tawarkan”
“aku gak maau train, aku ingin makan nasi”
“baiklah, kau butuh waktu lebih lama untuk menunggunya, setidaknya minumlah air putih dahulu gadis cilik, tiga per empat dari tubuhmu itu membutuhkan air bukan?”
“ah, kereta kau selalu membuatku tak bisa menolaknya, terimakasih atas saranmu train”
“kakak, air minumnya dimana yaah?”
“oh adek mau minum?” tanya kakak sambil senyum-senyum menggoda.
“iyaa lah, masa mau mandi” jawabku ketus
“iniii” sambil menyodorkan sebotol air mineral yang sempat dia beli di mini market stasiun tadi.
Aku mulai membuka segel botol air mineral itu, tapi sayangnya aku tak bisa, aku hanya sanggup mengelupaskan plastic sebelum segelnya.
“hello gadis cilik, hey hey, jangan lupa yaah, sampahnya diantar ke tong sampah yaaah, nanti tong sampah nyariin pastinya!” bisik train
“oke train, sahabat perjalananku” jawab gadis cilik ke train.
“kak, bantuin buka kak!” aku merengek lagi ke kakakku.
“sinii, oh yaa tar kalo udah nyampe di rumah budhe, tidur dulu biar badan istirahat, awas kalo langsung main sama si putri dan kinan, kakak gak mau dimarahin ibu lhooh” sambil membuka segel lalu menyerahkannya padaku.
“ah kakak, belum nyampe aja udah kasih pesan segala, emangnya ibu pesen gitu sama kakak, masa aku gak dikasih pesen apa-apa sama ibu” gerutuku.
“mana kakak tau, pokoknya ibu bilang seperti itu”
“hem…..” sambil minum air didalam botol itu.

Kurang lebih satu jam telah berlalu dan kini pemandangan sawah itu menjadi portrait yang menjadi sajianku kala kepala ini kusandarkan pada bahu kursi yang ada didalam tubuh train ini. Aku mulai kagum padamu train, kau begitu memberikan keramahan padaku dan dengan senang hati menawarkan menjadi teman baikku selama perjalanan ini. Aku ingin tau tentangmu lagi dan aku ingin bercerita kehidupanku kepadamu train, dan aku ingin perjalanan ini membuatku harus kembali bertemu lagi denganmu dilain kesempatan.

“gadis ciliiik” panggil train
Masih menatap nanar pemandangan sawah, lalu sedikit berbinar matanya tapi tak bergerak sama sekali bibirnya.
“hey train, kau pasti berusaha maksimal memberikan yang terbaik kepada seeeeluruh pelangganmu yaah?”
“aku tau persis apa yang sedang kau pikirkan sedari tadi gadis cilik”
“Apa hayooo, aku ingin tau, apa kau benar dan tepat”
“ehm,,,,,,gimana yaah, aku sebuah transportasi umum, masa iya aku sekaligus menjadi dokter psikonya kamu” canda train.
“haha” bibirnya sedikit digerakkan melebar tanpa tersenyum.
“ah, kau tersenyum gadis cilik, kuingatkan kau tak boleh tertawa terbahak-bahak ketika aku melempar canda yaah, nanti banyak orang yang akan melihatmu dan terutama kakakmu yang ada disampingmu itu akan mengiramu sedikit tak waras, okeeh gadis ciliiik, marii kita toos”
“ssiiip, aku tau itu, ayoo kita tooos”
“tuuuuuttuuuuut” sang train melambaikan tangannya dan gadis cilik tersenyum tipis dan masih dengan tatapan berbinar ke arah pemandangan luar jendela.
“aku kerja dulu gadis ciliik, silahkan menikmati perjalananmu dan enjoylah bersama kami”
“ehm” kedua mataku berkedip tanda mengiyakan.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Gadis cilik manis dan pemuda gagah disampingnya mengubah tatanan duduk mereka, membuatnya nyaman, lebih nyaman, supaya tidak terlalu sakit tubuhnya, mereka sering berganti posisi duduk. Mereka berdua sama-sama sedang merencanakan apa yang hendak mereka lakukan sesampainya di rumah budhenya. Kurang lebih 3 jam lagi, mereka akan sampai, dan dalam hati kecil mereka tak mau melewatkan perjalanan ini, apalagi ini kali pertamanya bagi si kecil, si gadis cilik untuk naik kereta api. Si gadis cilik ingin ngobrol dengan kakaknya yang gagah dan ganteng itu.

“kakak, sebenernya kita disuruh ngapain yaah sama ibu ke rumah budhe?” tanyaku polos.
“ah, gak tau lah dek, kakak mau tidur dulu yaah, bye” sambil memalingkan muka dan bergegas memejamkan mata.
“iiiih, kak, aku beneran tanya kok malah dicuekin siiih, ayoo lah kak, aku pengen tau” menggoyang-goyangkan lengannya.
“ehm…..ngantuk dek, hmmm” tangannya disilangkan.
“eh, kak, ini kita udah sampai dimana kayaknya mau berhenti deh kak, liat deh, itu ada simbol 15m menuju stasiun”
“beneran dek, wah mana simbonya kita udah dimana sekarang?” matanya langsung terbuka lebaar, dan langsung menyeruak ke arahku melihat kearah luar jendela.
“ehm…….beeeh” sambil mencabik cabik rambutku yang pendek.
Ketika kakaknya melihat kearah luar jendela, dia hanya bisa melihat pemandangan sawah dan rumah-rumah sederhana di pedesaan.
“hahahahahahaha, yeyeyeyeye” aku tertawa lepas sambil sedikit menggoyang-goyangkan tubuh mungilku.
“booboook lagiii aahh, hoooam” sambil melirik ke arahku.

Wajahku mungkin terlihat cemberut dan aku kembali menyandarkan kepalaku, tapi kali ini bukan ke arah jendela, melainkan ke arah pundak kakakku. Aku bisa merasakan betapa kakakku sangat memperhatikanku dan melindungiku juga ibuku tak lupa ayahku. Mereka adalah sumber kehidupanku, sejauh ini terkadang aku dibutakkan oleh duniaku sendiri, mengira mereka selalu melarangku ketika aku menginginkan sesuatu. Tapi sekarang ini, aku bisa merasakan, jikalau kakak, adalah sahabatku di keluargaku, dia yang menerima titah dari ibu dan bapak untuk menjagaku. Aku tak ingin merepotkan berlebihan lagi sama kakak, berada berdua bersama kakak tanpa ibu bapak, membuatku merasakan hanya kakak yang bisa kupanggil, kutanyai, dan kumintai apa yang aku inginkan. Yaa Tuhan, kumohon engkau senantiasa melindungi kakakku dan aku. Dan tak terasa kami tertidur dalam lelah dan lapar, kami berdua terlelap dalam suara tuuut tuuuut tuuuut yang menghiasi perjalanan kami. 

“Selamat beristirahat gadis cilik manis dan kakak gagah yang baik, tidurlah sahabatku” sahut train.

Tuuuut tuuuut tuuuut dan kereta terus melaju, melewati berbagai desa bertemu sapa dengan sawah, sungai, burung-burung, dan banyak lainnya yang jarang ditemui di jalan raya.

No comments:

Powered by Blogger.