Train #part 2
“kakak, berapa lama lagi kita akan
sampai? Aku lapar kak?” rengek gadis manis kecil.
Duduk bersandar didalam tubuhku,
kulihat gadis cilik itu tengah lelah, lunglai, yaah sepertinya kelaparan,
seorang pemuda disampingnya rupanya saudara laki-lakinya, dia terlihat gagah
mungkin baru sekitar 20an.
“oh, lapar, yaah gak bilang dek, mau
makan roti yang tadi ibu siapin dari rumah?” jawab si kakak.
“emm, gak kepengennnn…….”
“terus maunya apa?”
“aku mau nasi goring kak!” sambil
merengut dan menyandarkan kepalanya ke arah jendela kereta.
“hei, gadis cilik, ini aku, aku yang
akan menemanimu sepanjang perjalanan ini, iyaah ini aku si kereta”
“hai, aku lapar train” wajahnya
menatap nanar ke arah luar jendela.
“yaudah, jangan cemberut dong, tar
beli kalo ada petugas penjual makanan yang lewat yaah” jawab kakak sambil
mengelus rambutku.
“ehm…..” aku manggut-manggut ke
kakakku tanda menyetujuinya.
“oh, gadis cilik, aku tak tega
melihatmu lemas seperti itu, makanlah dahulu roti yang tadi kakakmu tawarkan”
“aku gak maau train, aku ingin makan
nasi”
“baiklah, kau butuh waktu lebih lama
untuk menunggunya, setidaknya minumlah air putih dahulu gadis cilik, tiga per
empat dari tubuhmu itu membutuhkan air bukan?”
“ah, kereta kau selalu membuatku tak
bisa menolaknya, terimakasih atas saranmu train”
“kakak, air minumnya dimana yaah?”
“oh adek mau minum?” tanya kakak
sambil senyum-senyum menggoda.
“iyaa lah, masa mau mandi” jawabku
ketus
“iniii” sambil menyodorkan sebotol air
mineral yang sempat dia beli di mini market stasiun tadi.
Aku mulai membuka segel botol air
mineral itu, tapi sayangnya aku tak bisa, aku hanya sanggup mengelupaskan plastic
sebelum segelnya.
“hello gadis cilik, hey hey, jangan
lupa yaah, sampahnya diantar ke tong sampah yaaah, nanti tong sampah nyariin
pastinya!” bisik train
“oke train, sahabat perjalananku”
jawab gadis cilik ke train.
“kak, bantuin buka kak!” aku merengek
lagi ke kakakku.
“sinii, oh yaa tar kalo udah nyampe di
rumah budhe, tidur dulu biar badan istirahat, awas kalo langsung main sama si putri
dan kinan, kakak gak mau dimarahin ibu lhooh” sambil membuka segel lalu
menyerahkannya padaku.
“ah kakak, belum nyampe aja udah kasih
pesan segala, emangnya ibu pesen gitu sama kakak, masa aku gak dikasih pesen
apa-apa sama ibu” gerutuku.
“mana kakak tau, pokoknya ibu bilang
seperti itu”
Kurang lebih satu jam telah berlalu
dan kini pemandangan sawah itu menjadi portrait yang menjadi sajianku kala
kepala ini kusandarkan pada bahu kursi yang ada didalam tubuh train ini. Aku
mulai kagum padamu train, kau begitu memberikan keramahan padaku dan dengan
senang hati menawarkan menjadi teman baikku selama perjalanan ini. Aku ingin
tau tentangmu lagi dan aku ingin bercerita kehidupanku kepadamu train, dan aku
ingin perjalanan ini membuatku harus kembali bertemu lagi denganmu dilain
kesempatan.
“gadis ciliiik” panggil train
Masih menatap nanar pemandangan sawah,
lalu sedikit berbinar matanya tapi tak bergerak sama sekali bibirnya.
“hey train, kau pasti berusaha
maksimal memberikan yang terbaik kepada seeeeluruh pelangganmu yaah?”
“aku tau persis apa yang sedang kau
pikirkan sedari tadi gadis cilik”
“Apa hayooo, aku ingin tau, apa kau
benar dan tepat”
“ehm,,,,,,gimana yaah, aku sebuah
transportasi umum, masa iya aku sekaligus menjadi dokter psikonya kamu” canda
train.
“haha” bibirnya sedikit digerakkan
melebar tanpa tersenyum.
“ah, kau tersenyum gadis cilik,
kuingatkan kau tak boleh tertawa terbahak-bahak ketika aku melempar canda yaah,
nanti banyak orang yang akan melihatmu dan terutama kakakmu yang ada
disampingmu itu akan mengiramu sedikit tak waras, okeeh gadis ciliiik, marii
kita toos”
“ssiiip, aku tau itu, ayoo kita tooos”
“tuuuuuttuuuuut” sang train
melambaikan tangannya dan gadis cilik tersenyum tipis dan masih dengan tatapan
berbinar ke arah pemandangan luar jendela.
“aku kerja dulu gadis ciliik, silahkan
menikmati perjalananmu dan enjoylah bersama kami”
“ehm” kedua mataku berkedip tanda
mengiyakan.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Gadis cilik manis dan pemuda gagah
disampingnya mengubah tatanan duduk mereka, membuatnya nyaman, lebih nyaman,
supaya tidak terlalu sakit tubuhnya, mereka sering berganti posisi duduk. Mereka
berdua sama-sama sedang merencanakan apa yang hendak mereka lakukan sesampainya
di rumah budhenya. Kurang lebih 3 jam lagi, mereka akan sampai, dan dalam hati
kecil mereka tak mau melewatkan perjalanan ini, apalagi ini kali pertamanya bagi
si kecil, si gadis cilik untuk naik kereta api. Si gadis cilik ingin ngobrol
dengan kakaknya yang gagah dan ganteng itu.
“kakak, sebenernya kita
disuruh ngapain yaah sama ibu ke rumah budhe?” tanyaku polos.
“ah, gak tau lah dek, kakak mau tidur
dulu yaah, bye” sambil memalingkan muka dan bergegas memejamkan mata.
“iiiih, kak, aku beneran tanya kok
malah dicuekin siiih, ayoo lah kak, aku pengen tau” menggoyang-goyangkan
lengannya.
“ehm…..ngantuk dek, hmmm” tangannya
disilangkan.
“eh, kak, ini kita udah sampai dimana
kayaknya mau berhenti deh kak, liat deh, itu ada simbol 15m menuju stasiun”
“beneran dek, wah mana simbonya kita
udah dimana sekarang?” matanya langsung terbuka lebaar, dan langsung menyeruak
ke arahku melihat kearah luar jendela.
“ehm…….beeeh” sambil mencabik cabik
rambutku yang pendek.
Ketika kakaknya melihat kearah luar
jendela, dia hanya bisa melihat pemandangan sawah dan rumah-rumah sederhana di
pedesaan.
“hahahahahahaha, yeyeyeyeye” aku
tertawa lepas sambil sedikit menggoyang-goyangkan tubuh mungilku.
“booboook lagiii aahh, hoooam” sambil
melirik ke arahku.
Wajahku mungkin terlihat cemberut dan
aku kembali menyandarkan kepalaku, tapi kali ini bukan ke arah jendela,
melainkan ke arah pundak kakakku. Aku bisa merasakan betapa kakakku sangat
memperhatikanku dan melindungiku juga ibuku tak lupa ayahku. Mereka adalah
sumber kehidupanku, sejauh ini terkadang aku dibutakkan oleh duniaku sendiri,
mengira mereka selalu melarangku ketika aku menginginkan sesuatu. Tapi sekarang
ini, aku bisa merasakan, jikalau kakak, adalah sahabatku di keluargaku, dia
yang menerima titah dari ibu dan bapak untuk menjagaku. Aku tak ingin
merepotkan berlebihan lagi sama kakak, berada berdua bersama kakak tanpa ibu
bapak, membuatku merasakan hanya kakak yang bisa kupanggil, kutanyai, dan kumintai
apa yang aku inginkan. Yaa Tuhan, kumohon engkau senantiasa melindungi kakakku
dan aku. Dan tak terasa kami tertidur dalam lelah dan lapar, kami berdua
terlelap dalam suara tuuut tuuuut tuuuut yang menghiasi perjalanan kami.
“Selamat beristirahat gadis cilik
manis dan kakak gagah yang baik, tidurlah sahabatku” sahut train.
Tuuuut tuuuut tuuuut dan kereta terus
melaju, melewati berbagai desa bertemu sapa dengan sawah, sungai, burung-burung,
dan banyak lainnya yang jarang ditemui di jalan raya.
No comments: