Ke Puncak Gunung
Terkadang melangkah sendiri itu bagaikan menggendong
sebongkah batu, rasanya begitu sulit sekali untuk mengawalinya, bahkan terlalu
banyak bayangan negative yang menyelimuti hingga harus menunda, menunda, lalu
sama sekali tak sampai untuk dikerjakan. Tapi, begitu apa yang kita inginkan
bisa dishare ke keluarga, sahabat, atau teman – teman kita maka sebongkah batu
itu rasanya seperti mengikis perlahan, mulai mendapat dukungan dari, yang
lainnya, meskipun belum cukup untuk melangkah, mungkin baru sampai di awal
untuk melangkah, bisa kita sebut niat. Langkah pertama yang cukup berat dan
berarti begitu dalam adalah niat, tapi jangan pernah lupa, jika sekarang kita
bersama mereka, at least tak sendirian, ada yang mengingatkan meskipun mungkin itu
berupa sindiran yang seringkali begitu deeply hurt, tak masalah, tetep jaga
niat, ces lagi semangatnya, liat lagi puncak yang mau didaki, liat lagi
indahnya alam, alam itu adalah yang mendukung biarpun hanya seorang, dia adalah
alasan yang cukup kuat untuk melangkah ke puncak bersamanya. Indah bukan
menyaksiakan apa yang menjadi puncak tujuan kita bersama dengan orang lain yang
senada dengan pemikiran kita, lalu menjadikannya momen tak terlupakan. Coba
saja bayangkan apabianya menyanyikan lagu duet tapi dinyanyikan sendiri,
pastinya ada nuansa yang berbeda bukan, tentu saja ada sesuatu yang kurang,
meskipun hal itu tetap saja bisa dilakukan. Jadi, kenapa harus menciptakan
momen yang indah sendirian, padahal bisa membuatnya lebih indah dengan berdua.
Lebih menyenangkan, lebih banyak yang
dikenang, bisa bertukar pemikiran, membuat hati dan wawasan semakin luas,
biarpun puncak tujuannya sama, tapi pada hakikatnya setiap manusia diciptakan
berbeda, tak ada satupun yang sama sekalipun kembar. Jadi, that’s right, two is
better than one.
No comments: