“Biasa aja kok” Itu yang membuatnya Luar Biasa

Sunday, September 29, 2013


Hari ini merupakan hari yang sungguh aku tunggu, saking ditunggu tunggunya hari ini, aku sampai berkhayal lalu bermimpi dan ujungnya aku justru bangun kesiangan hari ini. Jam 07.15 aku bergegas dari kamarku lalu mandi, batinku bergumam “nanti acara jam 08.00, tapi jam segini aku baru mandi”. Kegelisahanku mulai muncul. Aku bertanya sama ibu, “bu, baiknya nanti aku dianter sama pak lek naik motor ato naik angkot aja yaah?”, lalu ibuku menjawab “udah naik angkot aja, lha wong deket kok, lagian belum ada duit buat beli bensin kalo mau naik motor”. Sambil mandi aku terima saran ibuku. Langkahku masih belum terlalu gugup, buktinya baru selesai mandi, jalanku masih santai kaya mau berangkat jam 9 aja, ditambah lewat meja makan, kutuang segelas air, masih pakai handuk, diminumlah segelas air itu. Ketika kuletakkan gelas itu dimeja, “krek” ketika itu pula mataku melirik ke dinding dan kulihat jarum jam panjang tepat berada di angka 6 dan jarum jam pendek di tengah angka 7 dan 8. “woooo, jam tengah lapaaaaannnnnnnnnn”, teriakku. Aku masuk kamar, sesegera mungkin aku pakai baju dan bersiap siap. Aku memastikan bukti pembayarannya aku masukkan dalam dompet, dan dompet itu kupastikan telah masuk didalam tas kebanggaanku yang berwarna cokelat bermotif batik itu. “Ouw satu lagi aku lupa, laptopku belum aku charge!”, gumamku dalam hati. Ku ambil dari lemari my silver lepi dalam kondisi off terpaksa karena tadi malam belum sempat aku shut down, aku angkat, aku gotong bersama charger dan tempatnya lalu kutempatkan di meja depan tv tempat biasa aku mencharge lepi. Duduk sebentar sambil memakai kaos kaki, tiba tiba dari dapur saudaraku muncul, masih bayi, namanya dede Angga, ibunya berkata, “itu miss Riyan udah rapi”. Sekejap aku tertegun mba Fajar, ibunya dede Angga menyapaku dengan sebutan miss, mungkin karena majornya aku bahasa inggris kali yaa, pikirku dalam hati. Dalam keterburu-buruannya kusempatkan cium dede Angga di jidatnya, nggak tau kenapa, malah si dede nangis kenceng banget. Kembali lagiiii, kalo si dede masih ada ibunya kok, lah ini akunya mau berangkat jam berapa, aku protes dalam hati. “siip, lepi udah nyala”. Langkah pertama enter, lagi nggak mau tau lah itu bunyinya apa tulisan pertama yang penting aku pencet enter kaya biasanya. Sudah menyala winamp masih on, aku stop, lalu close. Satu lagi klik kanan refresh dan pencet F5. Trus shut downnya kapan dong, hehehe, oh iya, one more berarti, klik menu pilih shut down. Oke, lepi beres tinggal waktunya kirim pesan ke ibu, “bu, nanti kalo udah ijo, tolong dicabut kabel lepinya yaa bu” pintaku. “ lha ibu yaa gak tau udah ijo atau belum”sahut ibu. “ yaudah nanti jam 11, tolong dicabut yaa bu” jawabku dengan berusaha keras untuk sabarrr. Begitulah keadaannya aku lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sederhana, tapi aku punya keinginan yang besar untuk mengubah kehidupan keluargaku, dan mereka begitu mensupport aku. Karenanya, leptop bagi keluarga kami merupakan benda yang begitu intelektual hingga harus begitu dijaga supaya tidak rusak. Kalau rusak, nanti biaya perbaikinya kan mahal, dan itu nda ada dalam perhitungan, buat sehari hari saja, kami harus berkeringat. Aku harus senantiasa untuk sadar seperti itu supaya tidak terbawa arus. Kembali lagi kapan aku berangkatnya, jam lapaaaan, “ibu, uang saku” aku langsung ambil dari meja makan 2000an 2 seribuan 1 lalu kuraih tangan bapak yang kebetulan lagi seruangan, “pak berangkat dulu assalamu’alaikum”,,,, ibu, kulihat masih sibuk didepan meja makan menyiapkan sarapanku yang hendak tidak aku makan, “ibu berangkat dulu, assalamu’alaikum………”sambil melangkah pergi.
Sebelah kanan merupakan kebun singkok dan rerumputan liar sementara sebelah kiri adalah bangunan bulog dan aku berjalan ditengah tengah, dengan sepatu biru dan segala warna cokelat mulai dari kerudung, baju, rok, kecuali sabuk hitam kecilku ini yang aku lilitkan diluar baju cokelatku. srek, srek, srek, mungkin seperti itu bunyi antara rerumputan yang bergesek dengan sepatuku. Aku terus melangkah dengan sigap menuju tempat berkumpulnya para angkot dan bus itu. Keluar dari area kebun liar itu, kini aku berjalan dipinggir jalan raya dan tak  lebih dari lima menit aku akan sampai di terminal. Di lampu merah depan alfamart dan juga terminal, aku melihat bapak setengah baya yang memiliki keterbatasan sedang menengadahkan tangan kepada semua orang yang berkendaraaan yang berhenti. Aku masih memegang uang ditanganku yang dari tadi memang kupersiapakan untuk naik angkot, aku masih ingat ketika bosku di sebuah bimbingan belajar mengajarkanku untuk mulailah harimu dengan kebaikan, aku meyabrang jalan sambil kuletakkan uang itu didalam kotak yang kini berada digenggaman bapak didepan lampu merah tersebut. Aku melangkah terus menuju halte angkot dan tak lama kemudian dia yang ditunggu dating, sang angkot. Kini aku sedang duduk disebelah pintu kendaraan yang berwarna orange, didepanku ada seorang bapak dan didepannya lagi ada sang sopir dan disebelah sang sopir terlihat satu rombongan keluarga, ada anak, ibu dan bapak. Kami melaju sesuai dengan rute angkot tersebut, aku berusaha untuk menikmati perjalanan yang  lumayan panjang karena tempat tujuanku merupakan tempat terakhir nomor dua. Sambil menikmati kota kelahiranku di minggu pagi hari, terlihat sedang ada jalan sehat, ibu ibu baru pulang dari pengajian minggu pagi, atau para orang tua yang hendak dan sudah dari pasar. Aku jarang sekali menikmati suasana dan aktivitas seperti ini, padahal ini ada disekelilingku, lalu akupun mulai bertanya dalam hati. Lalu apa sajakah yang selama ini aku kerjakan, hingga membuatku buta akan rutinitas kebanyakan orang diminggu pagi. Sejenak aku mulai termenung, sungguh ternyata selama ini aku hanya bisa menghabiskan waktuku hanya untuk diriku sendiri, bingung dengan apa yang aku lakukan sementara diluar begitu banyak orang yang membutuhkan informasi dan pengetahuan. Apa susahnya hadir untuk mereka? Pertanyaan tersebut mengantarku hingga depan tempat acara tujuanku, pukul 8 lebih 30 menit, aku turun dari angkot mulai berjalan dari pinggir jalan raya menuju gedung yang belum pernah aku masuki tapi sering sekali aku melihatnya. Melewati pintu gerbang, kulihat ada beberapa pemuda berboncengan motor memakai seragam orange, sepertinya mereka dari group pecinta alam, pikirku. Aku berusaha untuk tidak kagum karena disini tempat sebagian besar pemuda menuntut ilmu, kubiarkan kagum dan kaget itu hilang ketika melihat sekerumunan dari mereka. Sempat bertanya pada pak satpam untuk memastikan dimana gedung yang akan dipakai untuk acara yang akan aku ikuti tersebut, dan kudapati infonya. Menuju tempat tersebut dengan langkah yang pasti, tapi masih dengan wajah yang sama, dimana wajahku mungkin terlihat begitu bingung. Berjalan melangkah sendirian, tak ada seorangpun yang aku kenal, tapi aku ingin sekali bertemu dengan penulis yang kukagumi itu. Tiba di form pendaftaran kutulis namaku Riyanti, kuisi lengkap alamat, asal dan nomor handphone. Layaknya seminar aku mendapatkan seminar kit, snack dan aku menuju lantai 3 tempat acara tersebut. Pintu masuk setelah pendaftaran aku disuguhi banyak buku, mungkin orang yang melihatku bisa melihat jelas bagaimana mataku ketika itu, sepertinya mataku adalah mata orang bingung dan kagum alias gumunan. Tapi kudapati tak ada satupun buku dari penulis yang kukagumi itu, lantas membuatku melangkah lebih cepat untuk naik ke lantai 2. Di lantai ini mataku kembali bingung dan terkagum kagum, ada banyak buku dari penulis tersebut, tapi sudah dibuka segelnya semuanya. Mungkin mata bingungku membuat salah satu panitia harus bertanya padaku, “ gimana de, ada buku yang harus ditandatangani?” tanyanya. Aku tak sadar, ternyata yang duduk didepan puluhan buku yang sudah dibuka segelnya adalah sang penulis yang kukagumi. Dalam hati aku sibuk sendiri, ooh ternyata dia orangnya yang membuatku ada disini sekarang. Ketika kutanyakan bisa beli bukunya disini atau tidak, panitia tersebut menjawab sudah habis. Mungkin memang seharusnya aku bisa mendapatkan buku tersebut lewat toko buku online saja. Di toko tersebut, ada diskon dan juga sudah pasti mendapatkan tanda tangan dari penulisnya. Pikiranku kembali tenang. Seperti masih tak sadar, aku tiba tiba berada di lantai tiga dan panitia lagi yang mengarahkanku untuk masuk disebuah ruangan yang mungkin tak bisa memuat 200orang, disitulah aku duduk dan meletakkan seminar kit yang dari tadi aku bawa dari lantai 1. Tak sampai 5 menit, seseorang menghampiriku, meminta untuk berkenalan, yaa jelas saja aku sangat senang sekali karena kebetulan aku juga dating sendirian. Aku dan dia yang bernama Nisa, maju 2 line untuk memastikan berada di posisi yang nyaman ketika menyaksikan penulis yang kukagumi itu memberikan pelajaran yang bermanfaat. Aku menikmati obrolan baruku dengan teman yang juga baruku kenali, tersadar aku seperti tak sadar berada di tempat ini sendirian seorang diri tapi sekarang kudapati aku bersama teman baruku di sebuah acara yang begitu aku inginkan.
Lelaki yang tampil dengan pakaian simple itu kini ada dihadapan semua peserta yang hadir diacara ini. Orang yang selama ini kukagumi begitu menginspirasi ternyata terlihat begitu sederhana. Beliau bahkan tak mau diistimewakan karena hasil karyanya atau karena namanya. Sosoknya tak begitu wow seperti yang aku bayangkan. Inilah yang membuatku tersadar, tertegun, dan termenung. Betapa tak berpikir aku selama ini hanya memberikan dan menginginka yang hanya covernya saja bukan dari isinya. Aku tak bisa mengungkapkannya, sungguh beliau adalah pribadi yang bisa membuatku tersadar bahwa hidup memang selayaknya hanya untuk memberikan manfaat untuk orang lain. Lewat menulis, itu adalah jalan yang bisa dijadikan untuk menebarkan kebaikan. Tulisan jika untuk kebanggaan saja, jika untuk komersial saja, jika untuk untuk saja, maka apa lagi yang akan dicari. Hanya semu yang akan didapat, lalu apa yang sebenarnya dicari, kosong. Mungkin justru itu yang akan muncul. Lantas menulis adalah menebar kebaikan. Dari situlah sepertinya motivasi itu kembali hadir lagi bagiku untuk kembali dijalan perjuangan yang penuh dengan makna kehidupan.

No comments:

Powered by Blogger.