Pelangi yang Bercermin

Monday, December 15, 2014


Matanya sendu bahkan terlihat bengkak pada kantung matanya. Tatapannya nanar, menunduk adalah caranya menghindar. Dia berdiri mengawang diujung cakrawala, punggungnya penuh dengan air mata dalam gendongannya.
            Dia sangat pemalu, begitulah kata banyak orang. Tak pernah sekalipun dia membalas pandangan lebih dari dua detik. Hanya segelintir orang yang berkesempatan untuk melihat kesehariannya.
            Meski dia begitu misterius, dia cukup dikenal sebagian orang. Gadis-gadis cilik begitu menyukainya. Itu karena dia selalu memunguti air mata dan menggendongnya setiap waktu. Gadis-gadis cilik itu merasa senang, karena buliran air matanya selalu dia simpan dengan baik sesuai dengan nama gadis itu.
            Entah karena dia lelah atau memang dia harus melakukannya. Air mata dalam gendongannya terlepas, setetes pun tak membasahi cakrawala. Satu per satu pun tak terbaca nama-nama gadis cilik itu.
            Tiba-tiba dia memanggil semua gadis cilik pemilik air mata itu. Mereka bertemu di tanah yang lapang, dan membiarkan pohon besar seperti pohon beringin menjadi satpam-satpam gadis cilik.
            “Telah kulepas air mata kalian, tapi tak pernah sekalipun aku menjatuhkannya. Aku mengerti betapa sakitnya terjatuh, apalagi dijatuhkan.” Katanya sembari tangannya menadahi dagu, sigap menerima air matanya sendiri.
            Gadis-gadis cilik memandangnya hingga tak berkedip. Tapi, wajahnya tetap menunduk, dan selalu ada sendu dalam auranya. Dia kembali berdiri di ujung cakrawala. Para gadis cilik mengucapkan terima kasih karena telah menyimpan air matanya dengan baik, juga untuk sebingkai cermin berbentuk tak beraturan menyerupai awan.
            “Pakailah!” teriaknya lirih sembari mengembang terus mengulur hingga menghilang tak terlihat.
            Mereka pun menurut. Semua wajah gadis cilik nampak di cermin tersebut. Merah. Kuning. Hijau. Biru. Nila. Ungu.
            “Pelangi.” Suaranya lirih terdengar.
            . Air mata dalam gendongannya terlepas, setetes pun tak membasahi cakrawala. Satu per satu pun tak terbaca nama-nama gadis cilik itu. Air mata itu sengaja disangkutkan di langit, mengawang tapi tak pernah dijatuhkan. Dilepaskan diatas satu nama, Pelangi.

No comments:

Powered by Blogger.