Mengejar Sunrise

Saturday, November 08, 2014


Sedikit mendongak. Sedikit berlari kecil. Sedikit terpesona dedaunan hijau. Sedikit hening. Terpaku.
           Sedikit. Sedikit. Sedikit. Mungkin sudah banyak.
           Berkeringat disapa sumilir angin yang berhawa dingin. Menghirup napas dalam-dalam dikelilingi tabung oksigen milik dunia. Cakrawala mengangguk-angguk menghormati kedatangan kita.
           Helaan napas panjang sudah menanti. Inilah suguhan panorama indah nian cantik menyambut kita. Diam sejenak. Sungguh menakjubkan.
           Lihatlah! Rasakanlah! Tersenyumlah!
           Meski hanya dalam hati.
           Semangat. Terus mendongak. Terus menunduk. Meski senja mulai datang dan malam akan tiba. Semakin diinjak, semakin keras pula tanah yang dipijak. Semakin mendongak, semakin menunduk pula kepala kita. Terus beranjak mendekat langit, bersandar pada bintang-gemintang hingga terbang melayang bersama gugusan milkyway. Sungguh dekat, cahayanya berpendar, kilau kemilau tepat diatas kita. Esok pagi pasti akan sempurna.
           Hening. Dingin. Kelam. Segalanya membius apa yang ada. Seperti terlontar jauh, tak ingat apa-apa sebelumnya. Hanya satu. Janji pagi. Esok pagi pasti akan sempurna.
           Terus menanjak. Berebut oksigen. Dalam helaan napas panjang, dalam dinginnya hawa yang menusuk tulang. Dalam keheningan yang membisu, lihatlah cakrawala selalu tersenyum. Menatap lamat-lamat setiap jejak langkah kita, menatap penuh pesona pada atap yang berkilau sepanjang malam. Dialah oksigen kita.
           Kerasnya tanah yang kita pijak, jalan tuntunan kita yang terus menanjak, bebatuan yang mulai menjadi tamu kita. Adalah gerbang utama mengejar sunrise kita. Janji pagi. Hari baru yang lebih indah.
           Dan bumi selalu menepati janjinya untuk terus berputar. Pagi itu datang. Tak ada kata puncak. Sepakat. Kita mengejar sunrise. Golden sunrise.
           Mari mengejar sunrise!
8.11.14
(Buah Tangan Sindoro-Terima kasih kawan)
          

No comments:

Powered by Blogger.