Mengejar Sunrise
Sedikit mendongak. Sedikit berlari kecil.
Sedikit terpesona dedaunan hijau. Sedikit hening. Terpaku.
Sedikit.
Sedikit. Sedikit. Mungkin sudah banyak.
Berkeringat
disapa sumilir angin yang berhawa dingin. Menghirup napas dalam-dalam
dikelilingi tabung oksigen milik dunia. Cakrawala mengangguk-angguk menghormati
kedatangan kita.
Helaan
napas panjang sudah menanti. Inilah suguhan panorama indah nian cantik menyambut
kita. Diam sejenak. Sungguh menakjubkan.
Lihatlah!
Rasakanlah! Tersenyumlah!
Meski
hanya dalam hati.
Semangat.
Terus mendongak. Terus menunduk. Meski senja mulai datang dan malam akan tiba.
Semakin diinjak, semakin keras pula tanah yang dipijak. Semakin mendongak,
semakin menunduk pula kepala kita. Terus beranjak mendekat langit, bersandar
pada bintang-gemintang hingga terbang melayang bersama gugusan milkyway.
Sungguh dekat, cahayanya berpendar, kilau kemilau tepat diatas kita. Esok pagi pasti akan
sempurna.
Hening.
Dingin. Kelam. Segalanya membius apa yang ada. Seperti terlontar jauh, tak
ingat apa-apa sebelumnya. Hanya satu. Janji pagi. Esok pagi pasti akan
sempurna.
Terus
menanjak. Berebut oksigen. Dalam helaan napas panjang, dalam dinginnya hawa
yang menusuk tulang. Dalam keheningan yang membisu, lihatlah cakrawala selalu
tersenyum. Menatap lamat-lamat setiap jejak langkah kita, menatap penuh pesona
pada atap yang berkilau sepanjang malam. Dialah oksigen kita.
Kerasnya
tanah yang kita pijak, jalan tuntunan kita yang terus menanjak, bebatuan yang
mulai menjadi tamu kita. Adalah gerbang utama mengejar sunrise kita. Janji pagi.
Hari baru yang lebih indah.
Dan
bumi selalu menepati janjinya untuk terus berputar. Pagi itu datang. Tak ada
kata puncak. Sepakat. Kita mengejar sunrise. Golden sunrise.
Mari mengejar sunrise!
8.11.14
(Buah Tangan Sindoro-Terima
kasih kawan)
No comments: